Minggu, 13 Maret 2011

ONE SPRINGS DAY

ini fanfic buatan temenQ nma'y ibel silahkan d baca tapi jgn lpa komen ya.... ^^

Yaps, anyeong all....
Awalnya memang saya sangat ingin membuat ff ini, dan ternyata ada yang request dan temanya pas jadi tinggal saya urus deh..
Mianhae kalo nggak bagus atau nggak nyambung dengan themesongnya, karena saya menambahkan lagu tersebut hanya mengandalkan feeling tanpa tahu artinya.
Jangan lupa koment yahh.. boleh kritik tapi saya tidak butuh cercaan.


Tittle : One Fine Spring Day
Author : Ibel Sanders (Ibel San)
Genre : Fluff, Tragedy.
Rating : PG 15
Length : Oneshoot
Main Cast : Lee Young Ra (http://www.facebook.com/profile.php?id=100001035397385)
Other Cast : Leeteuk as Leeteuk, Choi Siwon as Siwon.
Pov : Mix
WARNING : TYPO AKUT!! And Bored Story..

Disclaimer : All canon in this fic are belong to themeselves ( Not mine), and all OC are belong from my imagenation.

#POV YOUNG RA

Winter....

Aku melangkah pelan menyusuri tebalnya salju yang menempel di trotoar, mantel tebal ini sama sekali tak sanggup menahan udara dingin yang menusuk tulang; hari ini kembali aku pulang petang, pekerjaanku sebagai jurnalis sekaligus mahasisiwi membuatku tak bisa merasakan waktu istirahat walau sedetik saja.

Kuhembuskan nafas beratku yang menimbulkan embun semi transparant, hamparan gelap di cakrawala kembali menurunkan butiran putih nan lembut yang seketika mengendap di tanah. Aku tersenyum menghibur diri, rasanya musim cepat sekali berganti; sejak musim semi tahun lalu aku sendirian menjalani hidup, kekasihku Kyuhyun meninggal dalam kecelakaan mobil dan memaksaku untuk memendam cinta ini dalam bebatan sunyi.

Kulempar pandangan ke arah taman di sudut kota, hati ini ingin sejenak menenangkan diri di alam terbuka walau suhu makin menurun. Kaki jenjangku melangkah pasti menuju bangku ayunan kayu bercat putih di sudut taman yang terlihat senggang; kududukan badan ringkihku yang terasa lelah seharian berkerja.

Bangku itu bergoyang pelan seirama gerakan tubuhku, kusandarkan punggungku sambil mengorek pita memory masa lalu yang indah bersama Kyu. Aku makin merasakan kehilangan yang teramat sangat; apa aku tercipta untuk selalu sendiri begini?

“Kyu, apa kau damai disana?” tanyaku sendiri, rasanya aku ingin memeluknya kembali seperti dulu. Tak terasa air mataku mengalir lembut di pipi, kupandang langit gelap diatas sana dan sebuah siluet wajah tersenyum membayang pasti di hamparan itu.

“Sedang apa kau disini sendirian, inikan sangat dingin.” Terdengar suara seseorang dari belakang dan membuyarkan lamunanku, di hadapanku dia menyodorkan segelas cokelat hangat yang masih mengepul.

Pandanganku menyusuri tangan tersebut dan berhenti di wajahnya; seorang namja dengan wajah putih dan cukup tampan tersenyum padaku, aku tidak mengenalnya sama sekali tapi aku merasa sering melihatnya, keningku berkerut menelisik siapa dia.

“Haha, mianhae aku mengganggumu. Boleh aku duduk?” tanya dia ramah, sedangkan otakku masih berpikir keras mencari tahu siapa orang di hadapan ku itu.

“Ehm, silahkan.” Ujarku sambil membalas senyumnya yang manis, bangku ayunan ini kembali bergoyang dan menimbulkan suara berderit di sendinya yang berkarat.

Dia duduk di hadapanku, “Hai, kau pasti kaget tadi” ucapnya sambil masih menyungging senyum, aku membalasnya dengan anggukan.

Dia kembali menyodorkan minuman hangat itu dan akupun menerimanya tanpa segan, wajahnya memang sama sekali tak menunjukan dia orang jahat.

“Aku Park Jung-Soo, kau?” ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

“A-aku, Lee Young Ra.” Jawabku sedikit tebata – bata, tangannku menjabat tangannya.
Dia menyeruput minuman di tangannya dan akupun mengikuti hal yang sama, mata kami saling berpandangan dan membuatku salah tingkah. Wajahku terasa panas walaupun sebenarnya suhu amat dingin.
“Waiyo, Ra?” tanyanya sambil mengerutkan kening, alis hitamnya hampir menyatu.

“Ani.. aku baru sadar kau itu Leeteukkan? Penyanyi terkenal itu?” jawabku yang baru mengenali pasti sosok di hadapanku; pantas saja aku merasa tidak asing dengan wajahnya.

“Ah, kau ini. Ne, aku Leeteuk..” jawabnya sambil memandang wajahku yang memerah seperti tomat busuk di pasar sayur.

“Aku sangat mengidolakanmu.” Jawabku malu – malu, hati ini merasa sedikit tenang walaupun masih teringat dengan Kyu.

“Benarkah, terimakasih. Mannasoh bangapsemnida.” Katanya sambil kembali tersenyum, lengkungan sempurna itu sungguh indah berpadu dengan wajahnya yang memang tampan.

“Ne, sedang apa kau disini? Mana yang lain?” tanyaku yang mulai akrab, tanganku menggenggam erat punggung gelas yang berisi minuman hangat itu.

“Aku memang suka sekali tempat ini, biasanya aku bersama Siwon tapi tadi dia mampir ke minimarket dahulu untuk membeli sesuatu.” Jawabnya seraya menyandarkan tubuh ke sandaran di belakangnya, “kau sendiri?” dia bertanya.

“Eh, aku hanya merasa sepi saja di rumah.” Ucapku singkat, ekor mataku menangkap satu sosok namja lagi yang juga tak asing. Wajahnya yang putih terlihat jelas saat di terpa sinar lampu taman.

“Huh, dingin sekali yah.” Ucap namja yang baru datang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Siwon, tangannya dilipat di depan dada dan menggenggam lengannya sendiri yang kekar.

“Ne, kau sudah dapat yang kau cari?” jawab Leeteuk disusul dengan pertanyaan, wajahnya menengok kesamping.
“Sudah, ini.” Jawab Siwon singkat sambil menunjukan kantung plastik berlogo sebuah minimarket di dekat sini, matanya memandangku dan bibir manis itu menyungging senyum dahsyat.

“Hai, aku Young Ra.” Celetukku yang sok akrab, sebenarnya aku sangat kekok di hadapan mereka yang sama sekali tak kuduga bisa bertemu disini.

“Hai, Siwon imnida.” Jawabnya sopan.

“Baiklah, kita pulang.” Ajak Leeteuk pada Siwon yang berdiri di sampingnya, aku menatap mereka berdua seakan ingin berucap supaya mereka jangan pergi dahulu.

“Ra, kau mau ikut kami sekalian?” tanya Siwon ramah, sebelah alisnya terangkat.

“Tidak, terimakasih. Aku masih ingin disini.” Tolakku yang sebenarnya ingin sekali menerima tawaran langka itu. Hatiku kesal sendiri dengan sikap pemalu ini, tapi aku memang sudah dekat dengan rumah jadi buat apa aku ikut mereka.

“Baiklah, jangan terlalu lama nanti kau sakit.” Ujar Leeteuk lembut sambil berlalu.

Kembali kesendirian menemaniku yang masih memandang penuh harap kepada sosok yang makin jauh itu, kupandangi punggung mereka yang sampai akhirnya menghilang tertelan pekat malam.

Bibirku mulai bergetar menunjukan bahwa hawa semakin tak bersahabat, aku beringsut dari posisi duduk dan meninggalkan taman yang makin sepi. Pandanganku tertuju lurus pada jalan yang terselimuti kekuasaan malam, sementara hatiku masih pengap harap untuk bertemu sosok tadi kembali.

*****

#POV Leeteuk

Gadis itu manis juga, apa besok aku bisa bertemu dengannya lagi; gumamku dalam hati. Disampingku ada Siwon yang masih fokus menyetir mobil, suara deru mobil membelah kesunyian jalanan yang makin sunyi.

“Kau suka padanya yah?” tanya Siwon sambil menyungging senyum khasnya, gigi putihnya rapi berjajar indah.

“Ehm, tidak.. kau ini, aku baru kenal dengannya saja tadi.” Sanggahku, tapi memang ada perasaan aneh yang hinggap di hatiku dan seolah berharap agar aku bertemu gadis itu lagi.

“Kalau kau suka juga tak apakan?” kembali Siwon memancingku untuk menyatakan yang sebenarnya.

“Entahlah, tapi aku memang merasa sedikit aneh dengan gadis itu.” Jawabku sambil mengacak – acak rambut sendiri, aku bersandar pada jok empuk dan mendengus hampa.

“Temui saja dia besok di tempat itu.” Ujar Siwon, matanya melirik kearahku sementara bibirnya tersenyum tipis membuat lesung pipinya terlihat jelas dari samping. Tangan kokohnya membelokkan stir ke arah berlawanan.

*****

“Huahmm...” aku menguap sedikit menggeliatkan tubuh, semburat surya mengintip di sela tirai jendela ku; rupanya pagi ini belum turun salju, ku pandang jam digital yang menunjukan waktu sudah hampir siang.

“Astaga, lelah sekali sampai aku bangun terlalu siang.” Gumamku sendiri, untunglah hari ini aku mengambil libur jadi tak perlu terburu – buru merapikan diri; manik mataku melirik kearah meja kecil di samping ranjang, foto seorang namja yang telah lama meninggalkanku.

Tanganku menggapai bingkai itu dan tersenyum menyapa foto di dalamnya, hampir tiap pagi aku melakukan ini, “Kyu, sekarang aku sedang memikirkan Teukie.” Ucapku seakan foto itu bisa mendengar, kuuasap kaca bingkainya yang berdebu.

Ring... ding.. dong...

Sayup – sayup kudengar bel rumah berbunyi memecah keheningan, dengan malas aku turun dari ranjang, menjajaki anak tangga dan menarik selot pintu rumah; sosok di depan pintu itu membuatku terkejut bercampur bingung.

“Hai, Young Ra?” ucap Leeteuk yang sudah berdiri di depan pintu bersama sahabatnya Siwon.

“eh, hai. “ aku berucap dengan mulut tertutup karena aku baru saja bangun, bahkan aku masih memakai baju tidur dan kontras sekali dengan mereka yang sudah rapi dengan pakaian serba bermerknya.

“Hey..hey.. kita tidak boleh masuk yah?” ledek Siwon yang melihatku terbengong, tangannya merogoh kedalam saku celana panjang yang ia kenakan.

“Hehe, mianhae oppa aku kaget jadi lupa mempersilahkan masuk. Ayo silahkan masuk.” Ucapku sambil menggeser posisi berdiriku agar mereka bisa masuk.

Setelah kupersilahkan duduk aku meminta izin untuk merapikan diri dulu dan membuatkan minuman untuk mereka, hati ini terasa semangat sekali; rasanya aku bertemu sahabat yang bisa menyingkirkan rasa kesepianku selama ini dan tentunya aku juga bertemu orang yang kukagumi.

*****

#POV LEETEUK

Aku di persilahkan duduk di sofa empuk warna cokelat di ruang tamu yang cukup rapi, rumahnya sangat sepi. Kusapukan pandangan kesekitar dan tersenyum simpul, rasanya wajar jika Young Ra gemar menyendiri di taman karena rupanya dia tinggal sendiri di rumah.

Aku tesenyum sendiri mengingat wajah konyolnya tadi yang baru bangun tidur, sangat menggemaskan dan lain sekali waktu pertama kali aku bertemu di taman. Suara langkah kaki terdengar menuruni anak tangga, dia sudah rapi dengan membawa tiga cangkir teh yang masih hangat.

“Cepat sekali kau kembali, kau tidak mandi yah?” tanyaku meledeknya.

“Aish, oppa sembarangan saja menebak. Aku sudah mandi tau!!” ucapnya sambil mengerucutkan bibir, makin menggemaskan saja.

Dia duduk di hadapanku dan meletakan cangkir itu sebelum akhirnya kami di persilahkan menikmatinya, dia mengibas rambutnya yang masih lembab. Kulirik Siwon yang ternyata sibuk membaca majalah yang tadi tergeletak di meja, sepertinya dia memang sahabat yang sangat pengertian.

“Maaf kami mengaggetkanmu tadi, tapi sepertinya memang kita di takdirkan bertemu lagi.” Ucapku mengawali topik, aku agak canggung bahkan wajahku terasa panas.

“Ne, gwenchana oppa. Aku sangat senang kalian main kesini, tapi darimana kalian tahu alamatku?” jawabnya disusul sebuah kalimat tanya.

“Eh, itu kami..”

“Dia bertanya pada penjaga taman tadi malam.” Potong Siwon tiba – tiba, dia tak mau Young Ra tahu dia membuntutinya semalam.

*****

#POV YOUNG RA

Aku melihat gelagat aneh dari mereka, tapi biarlah sepertinya itu hanya perasaanku. Perasaanku pada Leeteuk makin aneh, sepertinya aku jatuh cinta padanya tapi tidak mungkin rasanya aku mendapatkan sosok sempurna dihadapanku, aku yakin ini saatnya aku kembali membuka hati tapi aku juga takut untuk kembali bermain cinta.

“Ra? Ada yang aneh di mukaku ya?” tanya Leeteuk membuyarkan lamunanku, wajahnya terlihat bingung melihat gelagatku.

“Ah, Ani. Aku hanya merasa senang.” Jawabku basa – basi menutupi perasaan aneh ini, kulihat Siwon masih sibuk membaca majalah wanita yang isinya bertopik seputar masakan. Sebenarnya diapun tak kalah misteriusnya dengan Leeteuk, hanya aku lebih merasa dia seperti kakakku.

“Oppa Siwon suka masak?” tanyaku kembali pada sosok yang masih membisu di samping Leeteuk, dia kelihatan sedikit kaget dan pipinya memerah mendengar pertanyaanku.

“Tidak, aku hanya penasaran.” Jawabnya malu – malu, aku dan Leeteuk tersenyum tipis melihat gelagatnya yang seperti maling tertangkap basah.

Kami kembali terdiam, setelah agak lama barulah Siwon bersuara karena ponselnya berdering. Sepertinya seseorang menelponnya dan menyuruh dia segera kembali, Leeteuk masih duduk manis mengamatiku diam – diam.

“Eh, maaf aku harus permisi dulu.” Ucap Siwon dan beranjak dari duduknya, dia sekilas memandangku dan Leeteuk lalu pergi berlalu.

Sekarang hanya kami berdua disini, jantungku makin berdebar kencang seakan mendobrak paksa tulang rusukku, kupandang sosok di hadapanku juga hanya diam seribu bahasa.

“Oppa Teukie?” aku kembali berucap dalam senyap, hati ini masih bingung merangkai apa yang harus kuucapkan selanjutnya, alisku terangkat sebelah.

“Ya! Young Ra kau mau menemaniku berjalan – jalan?” ucapnya salah tingkah, senyumnya sangat manis membuat aku makin meleleh.

“Serius? Aku mau.” Jawabku semangat seperti anak kecil di tawari permen, tanganku segera di gandeng tangan lembut Leeteuk menuju luar rumah dan masuk ke mobilnya.

*****

#POV SIWON

Mobil audi silver yang di kendarai oleh sahabatku dan Young Ra terlihat berjalan meninggalkan rumah, aku sedikit merasakan perasaan janggal dalam hati. Biarlah, Ra sudah di dekati Leeteuk jadi biarkan aku mundur teratur walaupun aku yang pertama mengenalnya di acara on air waktu itu.

Aku tersenyum kecut saat mengingat kejadian di rumah Young Ra tadi; aku pura – pura mengangkat telepon padahal tadi itu hanya alarm yang sudah kusetting jamnya. Aku memang agak cemburu tapi aku tak mau jadi pagar makan tanaman.

Mereka tak menyadari aku mengikuti di belakang, kukendarai Audi biru ini dengan sangat perlahan sambil terus mencoba ikhlas. Setelah kutahu tujuan mereka ke danau yang biasa kami datangi bersama teman lainnya aku membelokan stir kearah kiri menuju kearah pulang.

*****

#POV YOUNG RA

Aku tak tau kemana tujuan Leeteuk, rasanya nyaman sekali berada di sampingnya, memandang wajahnya yang manis dan terus melihatnya tersenyum; dia masih tak sadar aku sering mencuri pandang kearahnya.

“Ra, kita sudah sampai.” Ucapnya padaku sambil menginjak rem perlahan. Mobil yang kukendarai bersama Teukie berhenti di sebuah tempat yang sangat indah, hamparan danau membiru terlihat sejuk dimata, gundukan tanah hijau memenuhi sudut pandangku dan udaranya sangat menggodaku untuk terus menghirupnya.

Aku beringsut keluar mobil dan merentangkan tanganku seakan ingin terbang, aku beruntung musim salju telah berakhir dan berganti musim selanjutnya yaitu musim semi. Tepat sekali dengan perasaan cintaku yang bersemi indah kembali setelah lama membeku dalam kesendirian.

“Kau menyukainya Young Ra?” tanya Leeteuk lembut, tubuhnya ia dudukan di sebuah batang pohon yang telah kering di pinggir danau.

“Aku suka sekali Oppa, gomawo.” Ucapku senang dan tersenyum lebar, segala penat yang menggerayangi otakku menghilang seketika tertiup angin lembut yang juga membelai wajahku

Leeteuk terdiam dan mengambil kerikil di tanah setelah itu ia lemparkan ke arah air danau yang bergelombang di mainkan sang angin, pohon – pohon di pinggiran danau terlihat melambai dan memberikan sebuah ketenangan tersendiri bagiku.

“Oppa, kenapa kau tidak kesini bersama kekasihmu?” tanyaku dengan nada tertahan, seketika aku melihatnya kembali tersenyum manis menanggapi pertanyaan bodohku.

“Young Ra, jika aku menagajakmu kesini itu artinya aku tak punya kekasih!” jawabnya sambil mengacak – acak rambut dikepalaku.

Creess... air mataku meleset lembut di pipi, kulirik kearah Leeteuk yang memandangku penuh perasaan. Kucoba tetap menahan perasaan sedih bercampur senang ini, namun percuma karena pelupuk mataku tak cukup kuat untuk membendung air mata yang makin deras berderai.

“Young Ra, kau kenapa?” tanya Leeteuk sambil menyeka air mata dipipiku, matanya menatap dalam – dalam kearah wajahku. Sentuhan lembut dipipiku menyematkan sebuah kedamaian tersendiri dihatiku yang paling dalam.

Sesaat kemudian aku merasakan kepalaku sudah berada di pundak kokohnya sementara rambutku dia belai lembut makin membuatku tak berdaya dengan perasaan ini. Matahari pagi ini merestui kami untuk selalu berdua di danau yang baru pernah kukunjungi ini, tuhan menghamparkan awan seputih kapas di langit yang membiru cerah.

“Aku tau apa yang kau rasakan sekarang, Young Ra.” Ucapnya lirih hampir tak terdengar olehku, kemudian aku menegakkan posisi dudukku.
Matakku memandang lembut wajah Leeteuk, tanganku menyeka sisa air mata yang masih menetes di atas bibirku.

“Kau kehilangan seseorangkan?” kembali Leeteuk mencecerku dengan pertanyaan yang tepat menancap dihatiku.

Kuanggukan kepala pelan sambil masih menatap wajahnya yang menunjukan pandangan kosong kedepan, angin kembali membelai rambut kami dan membuatnya tergerai lembut menggelitik kulit wajah.

“Yakinlah Young Ra, dimusim semi ini dan musim semi selanjutnya kau pasti akan mendapatkan sebuah kebahagiaan.” Ucap Leeteuk sangat lembut di selingi senyum manis yang membuatku begitu terharu, aku kembali menyandarkan tubuhku pada bahunya yang kokoh.

“Oppa, kau baik sekali.” Ucapku lirih dan hanya di balas dengan pelukan hangatnya. Aku ingin lebih lama lagi berada di tempat ini dan hanya berdua dengan sosok yang kukagumi di sampingku ini.

“Danau harapan.” Ucapan Leeteuk membuatku terlonjak, aku mengerutkan kening tanda tak mengerti.

“Haha, kau pasti tak mengerti.. aku menyebut danau ini sebagai danau harapan, karena setiap harapanku pasti terkabul di danau ini.” Ucapnya sambil bangkit dari duduk, tangannya di rentangkan menghadang angin yang berhembus lembut dari danau, mata indah itu terpejam dan aku hanya memandanginya dengan senyum.

*****

2 hari kemudian..

Aku kembali melangkah lesu menyusuri ceruk – ceruk trotoar, bunga – bunga liar mulai bermekaran di pinggiran jalan dan membuat pandanganku sedikit sejuk. Semburat keemasan sang surya telah menghamparkan mega senja di sudut barat, tak lama setelah burung – burung menggulungnya dan membuat alam sekitar redup.

Kupandang taman tempat pertama kubertemu Leeteuk, hanya ada pasangan lansia yang terlihat sangat bahagia sedang duduk di bangku tengah taman; tangan – tangan keriput itu saling berpegangan seakan ingin bersama hingga tuhan memanggil mereka, wajah mereka yang mulai tergerus usia memancarkan betapa mereka bahagia bisa saling memiliki.

Aku mengerjap – ngerjapkan mata karena sesungguhnya akupun berharap sama dengan Leeteuk, seperti mereka yang bisa saling mencintai seumur hidup. Kududukan tubuh ringkih ini dibangku ayunan yang sama seperti waktu itu, nomor ponsel Leeteuk sudah dua hari tidak aktif dan membuatku khawatir.

Malam mulai menunjukan kuasanya dalam kekelaman, pasangan lansia tadi sudah beranjak sementara aku masih berharap Leeteuk datang mengahampiriku disini, kulirik jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan; sudah menunjukan waktu larut malam. Lampu tamanpun mulai bosan melihat ku disini, jika mereka dapat bicara mungkin aku sudah di usirnya.

*****

Seminggu..

Masih tetap tak ada kabar tentang Leeteuk, mungkinkah dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga dia melupakanku atau ucapannya waktu di danau itu hanya dusta belaka; beribu prasangka melilit nyeri di jiwaku.
Aku tetap bersabar dan percaya padanya karena cinta ini benar – benar tulus, kupandang langit diluar jendela yang indah sekali; tiba – tiba hatiku semakin bersemangat menanti kedatangan Leeteuk, atau paling tidak sahabatnya yang sekedar memberi kabar.

Hati ini terasa sedikit gelisah seakan ada sesuatu yang akan terjadi, kucoba mengacuhkan intuisi yang membuat jiwaku tak tenang ini dan beranjak dari tempatku berdiri.

*****

2 minggu..

Aku mengeliat sejenak dan melirik jam digitalku; masih menunjukan jam dua pagi. Kenapa hatiku begitu gelisah, apa sebenarnya yang terjadi di luar sana. Aku terduduk dengan memeluk lututku sendiri di atas kasur, mataku memandang jari – jari kakiku yang mungil walaupun sesungguhnya pikiranku melayang entah kemana.

Kusambar ponsel silverku, kutekan nomer Leeteuk dan kutempelkan benda dingin itu ketelinga.

“Hallo.. Aku Leetuk, maaf aku sibuk jadi tinggalkan pesan saja yah.” Suara ototmatis dari mailbox Leeteuk yang menjawab di susul bunyi “tuutt” panjang.

Kucoba lagi berkali – kali dan hanya mendapatkan hasil nihil, aku mendengus hampa. Kusapukan pandangan kesekitar dan hanya gelap yang menemaniku; rasanya untuk tidur kembali sangat sulit dalam keadaan gelisah seperti ini.

Bau musim semi seakan menohok hidungku, kendati keadaan masih pagi namun aku tetap terjaga dan tak bisa memejamkan mata walau setengah detik saja. Sayup – sayup aku mengingat betapa manisnya Leeteuk berucap padaku, suara lembutnya masih menggaung di hati dan pikiranku serta mengalir di setiap denyut nadi ini.

“robot holic.. robot cholic..” dering ponselku membuyarkan siluet lamunanku, kusambar benda itu berharap pesan yang masuk dari Leeteuk; bibirku tersenyum tipis penuh harap.

“Temui aku besok di danau.” Pesan singkat dari Siwon membuatku makin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, aku kembali tersenyum membayangkan Leeteuk memberi kejutan di danau itu kembali; pikiranku terus melayang membayangkan apa yang akan Leeteuk berikan besok sehingga ia mengirim pesan lewat sahabatnya.

“Dia memang sangat misterius.” Gumamku dan sesaat kemudian aku membenamkan wajahku kebantal untuk menuju alam mimpi, hatiku masih berdebar kencang seakan ingin cepat – cepat pagi.

*****

Danau Harapan..

Pagi – pagi sekali aku sudah berada di pinggiran danau menatap indahnya sang fajar terbit, hembusan angin sejuk makin membuat hatiku damai. Detik demi detik makin membuatku terpukau dengan kuasa tuhan, mega keemasan berarak dari timur dan air jernih danaupun memantulkan cahaya indah surya.

Burung – burung kini berterbangan seakan saling mengejar dan bermain riang, aku memejamkan mataku dan merasakan lembutnya sapuan udara pagi yang berbau basah; bibirku tak henti menyungging senyum yang terus mengembang.

Cukup lama aku menanti orang yang kuharap datang, suara gemricik air danau yang tersapu angin dan membasahi bebatuan menjadi musik penghiburku; aku mulai gelisah dan merasakan perasaan yang campur aduk dihati.

Kumainkan jariku untuk mengusir kebosanan namun rasanya percuma, kusapukan pandangan dari ujung ke ujung dan tak mendapati seseorangpun datang. Hatiku makin galau sambil terus menahan air mata yang hampir meleleh dipipi.

Kaki ini berjalan dari sudut danau kesudut lain berusaha menghilangkan rasa gelisah yang makin membuncah, sesekali kulempar kerikil kedanau untuk menghiburku. Senyum yang tadi terus mengembang kini berganti dengan kemuraman rasa kecewa.

“Maaf menunggumu lama, Young Ra.” Ucap seseorang dari balik tubuhku yang membuat langkah gelisahku terhenti, rasanya suaranya tak asing namun bukan seperti suara orang yang kuharapkan datang.

Kubalikan tubuhku kearah belakang dan mendapati Siwon yang membawa sebuah kado kecil berwarna biru keperakan dan sebuah koran edisi hari ini.

DEGGG..

Perasaan yang sama seperti waktu Kyu kecelakaan kembali hinggap dihatiku, aku mencoba tetap tersenyum walau sosok dihadapanku meyungging gurat kesedihan mendalam.

“Mana Oppa Teukie?” tanyaku lembut dengan senyum yang agak memaksa, kulongok kearah belakang tubuh Siwon namun tak mendapati apapun, bibirku mulai bergetar berharap tak ada apapun yang terjadi dengan Leeteuk.

Siwon hanya tersenyum kecut sambil mendudukan tubuhnya di atas bebatuan pinggiran danau, matanya menerawang jauh menembus semua yang ada di hadapannya, aku ikut duduk di sampingnya dan sejenak memberi waktu Siwon berucap.

“Maaf Young Ra, akupun tak tahu harus darimana aku bercerita.” Ucap Siwon sambil menyodorkan kado dan koran pagi ini, aku menerimanya sedikit ragu namun akhirnya rasa penasaranku lebih kuat.

*****

Mataku masih sembab oleh tangis kehilangan, aku tahu semua setelah kubaca berita koran pagi ini dan tanganku masih menggenggam erat kado yang ingin Leeteuk berikan langsung padaku.

Kulangkahkan kaki ini dengan gontai menyusuri areal pemakaman yang berada di atas bukit, Siwon membimbing langkahku di depan. Patung – patung para makhluk bersayap berwarna putih terlihat menyambut kami dengan berbagai ekspresi yang terukir abadi di wajah mereka; gambaran surga yang damai.

Aku berhenti di depan sebuah gundukan tanah merah dengan papan bertuliskan RIP Park Jung-So Born 1 Juli 1983, air mataku menetes deras seakan tak rela melepas kepergian Leeteuk. Lututku terasa lemas dan seketika aku jatuh terduduk di hadapan makam itu, Siwon hanya dapat merangkul pundakku.

“Kenapa setiap musim semi, orang yang kucinta harus gugur.” Ucapku lirih dalam isak yang membahana, tanganku membuka kado tadi tanpa memperdulikan bibirku yang bergetar hebat menahan kesedihan.

“Triingg.. tringgg.. tringgg.. tringg..” sebuah kotak musik berhiaskan kristal berbentuk malaikat memutar melodi pilu yang merajam hatiku seketika, air mataku bertambah deras membasahi pipi, aku makin kalut dan memeluk gundukan tanah merah itu.

Kubelai lembut batu berukirkan nama asli Leeteuk, bibirku bergetar seraya berdoa agar dia damai disana. Sedamai lagu indah yang diputar kotak musik ini, Siwon membantuku untuk bangkit dan memeluk tubuh lemasku; aku menagis di pundaknya sementara jari – jari lembut itu membelai rambutku dantersemat sebuah ketenangan.

Angin musim semi, aku sangat membenci musim semi sampai kapanpun aku hidup, gumamku dalam tangisan kehilangan. Tanganku mecengkram erat punggung kokoh Siwon karena aku tak sanggup lagi menahan jiwa lemah ini.

*****

#Koran pagi#

Penyanyi terkenal Park Jung-Soo meninggal saat dibawa kerumah sakit akibat kecelakaan pesawat yang di tumpanginya malam tadi....

Lembar duka itu terbang bersama angin musim semi yang menyesakkan dada, sedangkan aku masih menangis kehilangan di pelukan Siwon yang masih setia menemaniku.


~FIN~